Sabtu, 27 Desember 2008

Caleg PKS Paling Miskin

Oleh Choirul Asyhar

Pemilu 2009 bagai ajang promosi diri para caleg. Bukan promosi partai. Di mana-mana terpampang foto-foto caleg plus janji-janjinya. Gambar dan nomor urut caleg lebih besar daripada logo dan nomor partai. Setiap pertigaan atau perempatan ada spanduk atau baliho caleg. Di setiap pohon tak ada yang bersih dari pamflet caleg. Juga tiang listrik dan tembok-tembok di tempat umum. 'Dikotori' oleh stiker dan pamflet. Belum yang setiap saat lagu dan jargonnya ditayangkan di radio.

Dari wajah-wajah yang tampil di jalanan itu, tidak sedikit yang masih punya hubungan kekerabatan. Tapi muncul dengan latar belakang bendera partai yang berbeda. Di dusun-dusun suasana perpecahan pemihakan warga seperti saat suasana pilkades.

Entah berapa milyar atau trilyun belanja kampanye dari beberapa bulan yang lalu sampai masa tenang akhir Maret 2009 nanti. Selain itu masyarakat pasti banyak yang bingung. Salah satunya komentar warga yang didatangi team direct selling PKS, "Udahlah Mas, satu aja stikernya. Kasih tahu aja saya, mana yang harus saya coblos. Bingung saya...!"

Ngomong-ngomong belanja kampanye, yang paling banyak uangnyalah yang banyak memasang gambar wajahnya di berbagai tempat itu. Wajar saja, bahkan untuk maju sebagai caleg pun dia pasti sudah berhitung dulu, berapa tebal kantongnya dan berapa luas sawahnya yang bakal digadaikan.

Mungkin hanya PKS partai yang mencalonkan kadernya tanpa melihat kemampuan kantong kader tersebut terlebih dahulu. Karena pencalonan lebih banyak berdasarkan kemampuan kader tersebut, loyalitas dan kekuatan moralnya, sehingga nanti jika terpilih dapat menjadi wakil rakyat yang amanah, bersih, peduli dan profesional.

Masalah sosialisai diserahkan kepada konstituen yang bisa memobilisasi dana untuk kampanye sang kader yang dicalegkan itu. Seorang Ustadz di Cikarang salah satu contoh caleg tersebut. Dia pernah bilang, "saya caleg paling 'kere', sehingga sampai saat ini belum ada sosialisasi gambar saya."

Mendengar pengakuan ini, para jamaahnya bertekad mengumpulkan dana. Salah satunya, satu halaqah telah bertekad akan mencetak seribu kalender yang bergambar sang Ustadz. Jika tidak demikian, entah bagaimana pencalegannya dapat tersosialisasi.

Selain itu, kini mulai terpampang di banyak perempatan baliho-baliho yang bergambar kesepuluh caleg PKS di sebuah dapil. Di baliho itulah mulai muncul gambar sang Ustadz dengan senyumnya yang khas itu.

Memang dalam etika Islam ada 'larangan' untuk minta dipilih. Maka saya berdoa, kondisi ini akan mengantarkan sang Ustadz pada kebaikan kedudukan di sisi Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Amiin.

Cikarang Baru, 29 Dzulhijjah 1429

Rabu, 10 Desember 2008

Tebar Qurban di Cikarang Timur



Idul Adha tahun 1429H ini benar-benar berkesan bagi para kader dakwah di Cikarang Timur. Dan insya Allah juga bagi masyarakatnya.

Sebenarnya di tahun-tahun sebelumnya juga ada tebar qurban di seluruh desa di Cikarang Timur bahkan di Kabupaten Bekasi. Akan tetapi hewan qurban dikumpulkan dulu dari para kader dan simpatisan oleh DPD Kabupaten Bekasi. Lalu disistribusikan ke setiap DPRa. Setiap DPRa hanya pasif menerima hewan qurban 1-2 ekor kambing dari DPD.

Kini, 10 Dzulhijjah 1429H yang bertepatan 8 Desember 2009, melalui desentralisasi, masing-masing DPRa mengumpulkan hewan qurban jauh lebih banyak. Dengan bantuan Tim Pemenangan Pemilu tingkat Desa, setiap DPRa mengumpulkan dan mendistribusikan hewan qurban minimal 4 ekor kambing, seperti yang dilakukan oleh DPRa Sertajaya. DPRa Karangsari mendistribusikan 5 ekor kambing. DPRa Labansari seekor sapi dan dua ekor kambing. Rekor terbanyak adalah Desa Tanjung Baru, dengan menyembelih 2 ekor sapi plus 2 ekor kambing.

Alhamdulillah, ternyata kebijakan desentralisasi telah dicerna dengan baik oleh DPRa. Dan antusiasme menebar kebaikan ini sangat membanggakan. Ini menunjukkan kesiapan seluruh kader dalam menyebarkan kesejahteraan bagi masyarakat sekitarnya. Meskipun dengan segala kekurangan dan keterbatasannya.

Dari Tanjung Baru dilaporkan oleh Ketua DPRa Akhi Tatang Sumarna, bahwa setiap tahun PKS tidak absen membagikan daging qurban. Sehingga ada sebagian anggota masyarakat yang menganggap bahwa semua qurban yang dilakukan oleh masjid-masjid di Tanjung Baru adalah dari PKS. Tentu ini harus diluruskan karena kebaikan itu bukan monopoli kader PKS saja. Semua anak bangsa boleh bahkan diajak serta untuk berbagi kebaikan. Kalau toh PKS menyelenggarakan kegiatan qurban lebih banyak dan semarak ini adalah dalam rangka berlomba-lomba dalam kebaikan.

Insya Allah tahun depan semakin banyak hewan qurban yang dikumpulkan dan distribusikan. Fastabiqul Khoirot!


Sabtu, 06 Desember 2008

Merasa Berjasa

Tahun 2009 bakal ada hajat besar bangsa Indonesia. Pemilu legeslatif dan pemilihan presiden. Tahun ini pemilu legeslatif akan diikuti 44 partai politik lama dan baru. Setiap parpol akan menempatkan calon anggota dewan-nya masing-masing. Partai lama tidak akan kesulitan menempatkan calegnya, karena mereka sudah memiliki kader masing-masing. Bagaimana dengan parpol baru? Sulitkah menetapkan calegnya?

Ternyata tidak juga.
Suasananya jagad perpolitikan Indonesia mirip pasar.
Ada supply dan demand. Atau persisnya mirip pasar tenaga kerja. Ada banyak supply tenaga kerja nganggur dan kurangnya perusahaan yang menyerapnya. Sebelum sistem multipartai, banyak orang yang merasa pantas jadi caleg, gagal menjadi anggota dewan karena tidak kebagian parpol. Karena parpol sebagai kendaraan politik sudah penuh ’penumpang’ kader-kader terbaiknya, maka mereka tertolak atau kalah bersaing. Kini ’lapangan pekerjaan’ bagi para caleg terbuka lebih lebar. Mereka bisa melamar untuk jadi caleg di parpol-parpol baru itu. Bahkan tak sedikit parpol baru yang melamar mereka.

Singkat cerita ke 44 parpol semua kebagian caleg, bagaimanapun caranya. Dan orang yang bermimpi jadi caleg-pun tersalur keinginannya. Dan ternyata orang yang pengen jadi caleg itu sangat banyak di negeri ini. Alhamdulillah, berarti masih banyak orang yang beritikat baik memperbaiki negeri ini.

Di desa Labansari, Kecamatan Cikarang Timur ada cerita yang pas tentang ini. Seorang simpatisan PKS yang sejak awal partai ini berkiprah, demikian cintanya dengan partai ini. Aktivitasnya mendukung kegiatan partai patut diacungi jempol. Tapi tiba-tiba dia membuat saya tersentak. Ketika suatu malam saya dan teman-teman DPC sedang melakukan jaulah ke desa ini. Ada banner caleg tergantung di sebuah pohon. Terpampang nama dan fotonya. Saya kenal persis wajah dan namanya itu. Karena itu saya kaget. Kok bisa tiba-tiba namanya bertengger di situ di bawah bendera sebuah partai baru.

Seorang aktifis yang kenal dengan nama itu menjelaskan. Bahwa sebelum pendaftaran caleg, dia telah menemui seorang tokoh PKS. Dan minta dirinya dicalonkan menjadi caleg PKS. Ini tentu terjadi karena dia tidak memahami bagaimana mekanisme pencalegkan di PKS.

Wal hasil si nama ini tidak puas. Karena merasa jasanya besar bagi PKS di desanya, maka kegagalannya melamar jadi caleg PKS mengantarkan dia melamar ke partai lain yang baru mau akan ikut pemilu tahun 2009 ini. Ambisinya menjadi seorang anggota dewan lebih besar daripada keikhlasannya menjalani aktivis da’wah. ’Ketokohannya’ di desanya memuluskan perjalanannya sebagai caleg di partai baru itu.

Ketika saya bertamu di rumah seorang tokoh yang lain, HP-nya berdering. Ternyata sebuah panggilan masuk. Rupanya dari sang caleg. Isinya tentang kondisinya yang makin kekurangan modal untuk membiayai kampanye dirinya. Tak lama kemudia SMS masuk. Isinya kurang lebih sama. Kabarnya malah dia mau menjual sawahnya. Padahal perjalanannya menuju April 2009 masih jauh. Sang caleg sudah ngos-ngosan mendukung dirinya sendiri. Itupun belum tentu memenangkan pertarungan berat ini.

Ya, perasaan berjasa membuat dia kecewa dengan kegagalannya mencalegkan dirinya. Itu intinya. Saya teringat sebuah ayat di dalam Al Quran:

Mereka merasa berjasa dengan keislaman mereka, katakanlah : janganlah
kalian merasa berjasa dengan keislaman kalian, karena Allah-lah yang telah
berjasa kepada kalian karena telah menunjukkan kalian kepada jalan-jalan
keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar
." (QS Al-Hujurat, 49:17)

Semoga kisah ini menjadi cermin bagi kita. Agar meluruskan niat. Bahwa perjuangan kita hanya untuk menegakkan kalimat Allah.

Cikarang Baru, 6 Desember 2009