Oleh: Choirul Asyhar
PKS learns to Rock. Demikian judul sebuah tulisan di detiknews.com.
http://www.detiknews.com/read/2008/11/20/095023/1040029/10/pks-learns-to-rockPKS learns to Rock. Demikian judul sebuah tulisan di detiknews.com.
Ini tentu pelesetan dari judul grup musik Michael Learn to Rock. Isi tulisan itu kurang lebih mengomentari Acara Silaturahim dan Dialog Antar Keluarga Pahlawan Nasional yang diadakan PKS di Jakarta, Rabu (19/11/2008), yang salah satu menampilkan musik rock dari grup musik Cokelat.
Bagi saya memang cerdas PKS ini. Selalu membuat berita. News maker. Kalau gak bikin orang kaget, gak bakalan jadi berita. Sepanjang tidak menyalahi pokok-pokok ajaran Islam, it's OK.
Itulah PKS, apa yang dilakukan selalu jadi berita.
Iklannya, statemennya, sampai selera musiknya.
Iklan 30 detik, gaungnya sampai berminggu-minggu. Bayar 1-2 milyar, katanya, untuk 3 hari iklan numpang lewat itu. Akhirnya malah dapat waktu gratis berjam-jam di berbagai stasiun TV untuk menjelaskan apa siapa PKS.
Ketika PKS selalu menampilkan nasyid dalam acara-acaranya, PKS dituduh eksklusif. Gak mau pakai grup musik lain. Lalu ketika menampilkan rock, PKS jadi berita pula.
Ketika PKS meneriakkan takbir dalam setiap orasi-orasinya, PKS dituduh ekstrim. Garang dan selalu menggelorakan perang. Lalu ketika ada yang meneriakkan 'Merdeka' setelah salam. Dituduh nasionalis, padahal orang-orang PKS memang nasionalis sejati. Buktinya selalu berjuang untuk keutuhan NKRI, dan anti separatisme.
Kini, ketika partai-partai lain rame-rame mengusung selebritis untuk menjadi calegnya, maka PKS tidak ikut-ikutan.... Karena PKS itulah selebritinya. Semua tindak-tanduknya jadi berita. Dan nampaknya media menikmatinya... karena rating acara maupun berita dengan key word "PKS" selalu laris manis dikunjungi penonton dan pembaca dan tak kalah pentingnya .... banyak pemasang iklan.
PKS memang pantas mendapatkan award "the political party of the year".
Allahu Akbar. Merdeka!!... Jreng...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar